Diawali dengan pagi yang lengang. Kendaraan
sudah menyusut drastis. Dan hatiku berdegup menderu kencang.
Nafas kutarik dengan panjang. Aku membonceng
Nabila, temanku yang hobby-nya bermain-main dengan degupan jantung di dadanya.
Pukul 07.06.
Berharap-harap cemas agar
satpam di belakang gerbang sedang mengalami keberuntungan. Hingga dia bisa dengan
bahagia membukakan pintu gerbang untuk kami.
Di depan gerbang, debaran
di dada dengan seketika lenyap disusul dengan hembusan nafas panjang. Lucky! Gerbang
belum ditutup dan kami memasuki pelataran sekolah dengan angkuh—karena sudah hampir
terlambat dan entah kenapa kami merasa bangga :o—
Melongok ke berbagai arah
karena jelas tujuanku dengan Nabila berbeda. Dia akan mengikuti pelajaran
olahraga, sementara aku akan mengikuti sebuah workshop journalist yang
diselenggarakan oleh alumni 85 di sekolah kami.
Acara ini, diperuntukkan
bagi 10 wakil dari masing-masing divisi.
Dan aku, adalah salah
satu anggota radio di sekolah kami.
Aku melangkah menghampiri
aula dengan tenang. Aku bersama tiga temanku lain, yang biasa menyebut diri
kami “SIFAFIMI” (Shinta, Fisa, Fitri, dan Umi). Nama itu terimajinasi saat guru
bahasa inggris memberi kami tugas untuk membuat sebuah advertisement. Dan kami
pun membuat hotel advertisement dengan nama Sifafimi Hotel. Haha, sungguh. Ini terlihat
gila!
Setidaknya itulah impian
kami. Membangun sebuah hotel milik bersama di sebuah lahan dekat Kuta Beach. Sifafimi
Hotel. :) so interesting, right?
Back to the point. Aku harus
melakukan registrasi sebelum bisa memasuki aula gedung sekolah. Lalu setelah
itu aku diberi stopmap warna kuning (favorite color for this time!). Dan
teman-temanku, tentu saja, juga memilih stopmap warna kuning dibandingkan
stopmap warna lainnya.
Terkadang, kami memang
sangat kompak.
Tapi terkadang lagi,
tidak ada yang mau mengalah di antara kami jika kami sedang berdebat argument.
Jam-jam pertama, really
enjoy. Aku mendengar penyuluhan tentang bagaimana ber”broadcast” dengan baik.
Ternyata, hal paling
mendasar—yang juga sering kualami—dalam broadcasting adalah moody. Saat kita sedang
have good mood, tentu aja saat broadcasting, kita bakalan mutrein lagu-lagu nge-bit
dan lagu-lagu jazz yang enak didengar. Tapi saat bad mood, pasti dengan
sendirinya kita bakal muterin lagu-lagu galau, putus cinta, perselingkuhan dan
lain-lain yang sejenis.
Dan saat kudengar bahwa
itu “manusiawi”, jantungku berdegup lega. Artinya, aku normal kan!
Setelah itu, sebelum
broadcast, kita juga harus menyiapkan konsep dan yang lebih baik, kita
mempunyai buku broadcast yang kita isi dengan konsep-konsep kita saat kita
siaran.
Disiplin dan responsible
adalah dua dari banyak tips yang kudengar hari ini. Kata DJ Tita, keterlambatan
15 menit saja, itu berarti kita sudah merugi. Bayangkan saja, dalam 15 menit
kita bisa berbicara di depan microfon dan dapat menyetel 3 lagu.
Nah, kalo misalnya, ada
yang mengefans kita sampai-sampai fans itu freak banget, dia bakal kecewa
banget tuh udah kita tinggalin selama 15 menit.
Pembicara kedua, berasal
dari Kompas. Aku nggak begitu tertarik. Karena dia lebih suka membicarakan
tentang politik. Politik, ah sama sekali tidak berminat!
Setelah beberapa lama
bercuap-cuap, akhirnya kita istirahat juga. Aku suka dengan coffee break-nya.
Karena aku, pengagum
berat sama yang namanya “KOPI”
Menurutku, kopi itu
seperti heroin merk-ku sendiri. Dan menikmatinya adalah hal yang tidak bisa
dilakukan oleh semua orang. Oke, kunamakan itu dengan “the sense of drinking
coffee”. Hanya dengan segelas kecil kopi, itu sudah membuatku jauuuuuh lebih
tenang.
Apalagi pas hujan-hujan
kaya tadi! So sweet deh kalo waktu dihabisin buat pacaran dengan “kopi”.
Oke, coffee break dan
isoma selesai.
Kami melanjutkan acara
itu hingga sore hari. Dengan agenda, imajinasi visi dan harapan untuk media
journalist kami 5 tahun ke depan, disusul dengan pembuatan madding per
kelompok.
Tapi sayang, time is out.
Dan akhirnya, madding pun
nggak bisa diselesain hari ini dan harus dikumpuli Senin depan. Tapi gapapalah.
Tetap enjoy kok.. :)
The ending, kami berfoto
ria bersama dengan alumnus 85 dan mengakhiri hari itu dengan senyum :)
#written to remember my first way
to reach my dream#
No comments:
Post a Comment