A.
Letak Sungai Nil
Sungai
Nil adalah sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai
6650 kilometer. Sungai Nil bersumber dari mata air di dataran tinggi (pegunungan)
Kilimanjaro di Afrika Timur.
Sungai Nil mengalir dari arah selatan ke utara bermuara ke
Laut Tengah. Ada empat negara yang dilewati sungai Nil yaitu
Uganda, Sudan, Ethiopia danMesir.Setiap
tahun sungai Nil selalu banjir. Luapan banjir itu menggenangi daerah di kiri
kanan sungai, sehingga menjadi lembah yang subur selebar antara 15 sampai
50 kilometer. Di sekeliling lembah sungai adalah gurun. Batas timur adalah
gurun Arabia di tepi Laut Merah. Batas selatan terdapat gurun Nubia di
Sudan,batas barat adalah gurun Libia. Kemudian batas utara Mesir adalah Laut
Tengah.
Mungkin Anda bertanya mengapa sungai Nil selalu mengalir sepanjang
tahun? Menurut mitos, air sungai yang mengalir terus tersebut adalah air mata
Dewi Isis yang selalu sibuk menangis dan menyusuri sungai Nil untuk mencari
jenazah puteranya. Tetapi secara ilmiah, sekalipun musim panas sungai Nil tetap
mengalir. Air tersebut berasal dari gletser yang mencair dari pegunungan
Kilimanjaro sebagai hulu sungai Nil. Peranan sungai Nil begitu penting bagi lahirnya
kehidupan masyarakat di lembah sungai tersebut. Maka tepatlah jika
Herodotus menyebutkan “Mesir adalah hadiah sungai Nil” (Egypt is the gift of
the Nile).
B.
Peradaban Mesir
Mesir terletak di
benua Afrika. Secara geografis sebelah baratnya berbatasan dengan Libia, sebelah
timur berbatasan dengan Laut Merah, sebelah utara berbatasan dengan
Laut Tengah, dan sebelah selatan berbatasan dengan Sudan. Di antara Laut Tengah
dan Laut Merah terdapat Terusan Suez yang menghubungkan pelayaran Eropa dan
Asia.
1)
Sistem Pemerintahan
Kerajaan
Mesir diperintah oleh seorang raja yang bergelar Pharaoh atau Firaun, yaitu
nama dinasti yang menurunkan raja-raja berikutnya. Rakyat menganggap raja
adalah dewa dan kekuasaan raja sangat mutlak. Selain sebagai raja, Firaun juga
merupakan kepala agama dan panglima perang. Pusat pemerintahan Mesir berada di
kota Menphis.
·
Kerajaan Mesir Tua (3400-2160 SM)
Zaman
kerajaan Mesir tua dimulai dari didirikannya perkampungan kecil di sekitar
sungai Nil. Berabad-abad kemudian, perkampungan tersebut menjadi sebuah
kerajaan yang disebut dengan mones.
Mones berkembang menjadi dua buah kerajaan besr yaitu Mesir Hulu dan Mesir
Hilir. Pada masa kerajaan Mesir Tua terdapat banyak raja yang memerintah di
Mesir, antara lain adalah Raja Menes, Chufu, Chepren, Menkaure, Pepi I, dan
Pepi II. Pada masa pemerintahan Pepi II kekuatan Mesir melemah. Kerajaan Mesir
terpecah menjadi kerajaan kecil-kecil. Hal itu disebabkan oleh adanya
perpecahan di antara kalangan bangsawan yng berdampak pada ketidakstabilan di
Mesir.
·
Kerajaan Mesir Pertengahan (2160-1788
SM)
Raja
pertama yang berhasil mempersatukan Mesir kembali adalah Sesotris III. Selain
berhasil mempersatukan Mesir, ia juga berhasil melakukan ekspansi ke wilayah
Sudan, Palestina, dan Sichem. Di tangannya, Mesir berkembang pesat dalam bidang
perekonomian. Hal ini, semakin dikembangkan oleh raja berikutnya, yaitu
Amenemhet III. Ia membawa Mesir menjadi wilayah yang makmur, tak kekurangan,
bahkan mengalami surplus yang tidak sedikit. Tetapi, karena kemajuan dan
perkembangan Mesir yang tergolong pesat, Mesir dijadikan sebagai sasaran empuk
Bangsa Hykos. Bangsa Hykos mulai melakukan serangan di beberapa wilayah di
Mesir dan berhasil menguasai Mesir.
·
Kerajaan Mesir Baru (1500-1100 SM)
Kerajaan
Mesir yang dikuasai oleh Bangsa Hykos mencoba menyatukan pedang untuk mengusir
Bangsa Hykos. Bangsa Mesir di bawah kerajaan Thebe menyerang Bangsa Hykos dan
berhasil mengalahkannya. Dengan demikian, Bangsa Mesir kembali membangun
peradabannya yang sempat terhambat. Pada masa ini, banyak raja yang memerintah
Mesir dalam kurun waktu yang cukup lama. Tetapi, Mesir kembali mengalami
kemunduran saat diperintah oleh Ramses III. Beberapa bangsa asing sempat
menguasai Mesir dan sampai akhirnya pada abad 27 SM, bangsa Romawi berhasil
menguasai Mesir seutuhnya.
2)
Sistem Kepercayaan
Masyarakat
Mesir menyembah banyak dewa (politheisme). Dewa yang paling terkenal adalah
Dewa Ra atau Dewa Amon, yaitu adalah Dewa Matahari. Selain itu, masyarakat
Mesir juga mengenal Dewa Osiris, yaitu Dewa Hakim Para Roh, Dewi Isis (Dewi Kecantikan),
Dewa Horus (Dewa Sungai Nil), Dewa Anubis (Dewa Kematian), Dewa Aris (Dewa
Kesuburan) dan masih banyak lagi.
Selain
memuji para dewa, masyarakat Mesir juga memuja para binatang seperti Ibis
(Burung Bangau), Apis (Lembu Jantan), buaya serta kucing.
Wujud kepercayaan yang berkembang di Mesir
berdasarkan pemahaman sebagai berikut:
·
Penyembahan
terhadap dewa berangkat dari ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam
menaklukkan alam.
·
Yang
disembah adalah dewa/dewi yang menakutkan seperti dewa Anubis atau yang memberi
sumber kehidupan.
Jadi mereka dengan taat menyembah pada dewa karena
masyarakat lembah sungai Nil mengharap jangan menjadi sasaran maut.
Kepercayaan yang kedua berkaitan dengan
pengawetan jenazah yang disebut mummi. Dasarnya
membuat mummi adalah bahwa manusia tidak dapat menghindari dari kehendak dewa
maut dan mereka mempercayai adanya kehidupan seteelah mati. Manusia ingin tetap
hidup abadi. Agar roh tetap hidup maka jasad sebagai lambang roh harus
tetap utuh. Yaitu dengan cara dibalsem dan diawetkan.
3)
Sistem Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Masyarakat Mesir telah mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang cukup maju. Diantaranya adalah ilmu astronomi,
ilmu ukur, ilmu kimia dan fisika, keterampilan memahat, mengolah logam, membuat
perhiasan, dan lain lain. Semua itu dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan
kuno yang masih tetap kokoh berdiri sejak ribuan tahun yang lalu, sistem
penanggalan kalender yang sudah berdasar pada perputaran bumi terhadap
matahari, bekas peninggalan alat-alat rumah tangga dari logam, dan adanya
pengawetan mayat menjadi mummi.
4) Seni Bangunan
Dari peninggalan bangunan-bangunan yang masih
bisa disaksikan sampai sekarang menunjukkan bahwa bangsa Mesir telah memiliki kemampuan
yang menonjol di bidang matematika, geometri dan arsitektur.
Peninggalan bangunan Mesir yang terkenal
adalah piramida, kuil, dan obelisk yang erat kaitannya
dengan kehidupan keagamaan.
Piramida dibangun untuk tempat pemakaman Firaun. Arsitek terkenal pembuat piramida adalah Imhotep. Bangunan ini biasanya memiliki kamar bawah tanah,
pekarangan dan kuil kecil di bagian luarnya. Tiang-tiang dan dindingnya dihiasi
dengan hiasan yang indah. Di bagian dalam terdapat lorong-lorong, lubang angin
dan ruang jenazah raja. Di depan piramida terdapat sphinx, yaitu
patung singa berkepala manusia. Fungsi sphinx adalah penjaga piramida.
Bangunan kedua adalah kuil. Kuil berfungsi
sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Kuil terbesar dan terindah adalah Kuil
Karnak untuk pemujaan Dewa Amon Ra.
Satu lagi bangunan khas Mesir adalah obelisk.
Obelisk adalah tiang batu yang ujungnya runcing sebagai lambang pemujaan kepada
roh. Obelisk juga dipakai sebagai tempat pencatatan kejadian-kejadian.
5)
Aksara
Masyarakat
Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebut hieroglyph
berbentuk gambar. Tulisan hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu
obelisk, maupun daun papirus. Huruf hieroglyph terdiri atas gambar dan lambang
berbentuk manusia, hewan, dan benda-benda. Setiap lambang memiliki makna.
Tulisan ini berkembang menjadi lebih sederhana dan kemudian dikenal dengan
tulisan hieratic dan demotis. Tulisan hieratic atau tulisan suci ini dipergunakan oleh para pendeta.
Sementara tulisan demotis adalah
tulisan rakyat yang dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual beli.
6)
Ekonomi, Pertanian dan Pengairan
Lembah
Sungai Nil yang subur dimanfaatkan untuk irigasi pertanian. Hal itu, membuat
Mesir semakin makmur dengan hasil pertaniannya yang berupa gandum, sekoi atau
jemawut, dan jelai. Yaitu padi-padian yang biji atau buahnya keras seperti
jagung.
7)
Masyarakat
Masyarakat
Mesir terdiri atas beberapa lapisan masyarakat. Lapisan pertama adalah para
bangsawan, dan pendeta yang mempunyai hak-hak istimewa. Golongan kedua adalah
masyarakat kelas menengah seperti pedagang kaya, pemilik tanah, pengusaha, dan
sebagainya. Sedangkan golongan ketiga dihuni oleh rakyat biasa, seperti budak,
buruh, petani, dan lainnya.
No comments:
Post a Comment